Halaman

Selasa, 04 Agustus 2020

SEJARAH BUJUK CENDANA (SYEH ZAINAL ABIDIN)

Sejarah Sunan Cendana dipulau Madura / Pulau Garam.
Sunan Cendana adalah cucu dari Sunan Ampel. beliau ( Sunan Cendana ) keturunan ke 25 dari Nabi Muhammad SAW. dan nama asli dari Sunan Cendana, adalah *Syeikh Zainal Abidin*
Sunan Cendana diberikan julukan dari masyarakat, dikarenakan ada suatu kejadian yang sangat luar biasa. beliau Sunan Cendana bertapa disebuah (didalamya) pohon Cendana sehingga masyarakat lebih mengenalnya sebagai Sunan Cendana.
Sesepuh kwanyar menceritakan bahwa ada suatu kejadian hebat, atau Karomah dalam perjalanan hidup Sunan Cendana. ketika pada jaman dulu ada sebuah Masjid (di Kwanyar) yang membutuhkan Beduk untuk dijadikan tanda waktunya sholat. masyarakat setempat membutuhkan kayu besar untuk membuat Beduk. dikarenakan masyarakat berkeinginan Beduk tersebut tak ada sambungannya/ berdiameter besar. setelah melakukan Musyawarah untuk pembuatan beduk untuk masjid, mereka mulai meninjau pohon besar disekitar daerah itu. Dan akhirnya menemukan sebuah pohon Cendana yang cocok/sesuai dengan keinginan. Lalu berbondong bondonglah mereka untuk memotong kayu tersebut. ketika pada saat pemotongan kayu Cendana tersebut, terdengar suara minta tolong, suara dari pohon tersebut berkata;
"Potonglah saya lebih tinggi, karena akan kena kepala saya"
Dengan spontan masyarakat yang melakukan pemotongan kayu cendana tersebut kaget dan terkejut, maka diikutilah perintah suara dari pohon Cendana itu, setelah bagian atas terpotong, dan waktunya memotong bagian paling bawah, pohon tersebut kembali berbicara :
"tolong potong lebih bawah lagi, agar tidak kena kaki saya."
masyarakat langsung melakukan pemotongan sesuai dengan perintah dari pohon cendana tersebut. setelah bagian atas dan bawah tersebut terpotong, lalu muncullah sesosok pria dari kayu cendana tersebut, dan berkata terima kasih atas bantuan saudara semuanya, untuk tidak memotong terlalu tendah dan tidak terlalu tinggi. orang tersebut adalah syeikh Zainal Abidin yang berjulukan Sunan Cendana. dan beduk tersebut masih ada sampai sekarang dimasjid Kwanyar itu.
Sunan Cendana diperintah oleh sunan Ampel untuk menyebarluaskan Ajaran Agama Islam dimadura, dikarenakan masyarakat madura masih belum mengenal Ajaran Islam. maka Sunan Cendana mengikuti perintah yang diamanatkan oleh sunan Ampel sesuai dengan petunjuk untuk menyebarkan ajaran Islam di bagian kepulauan Madura ( yang lebih kita kenal adalah Pulau Garam),
Maka berangkatlah Sunan Cendana /Syeikh Zainal Abidin menuju ke pulau madura dengan berjalan kaki dari Surabaya menuju kepulau Garam/pulau Madura, ketika pada jaman dulu tidak ada kendaraan seperti jaman sekarang, maka berjalanlah beliau untuk menuju ke pulauan tersebut.
Syeikh Zainal Abidin dalam perjalanannya banyak rintangan yang menghalangi diantaranya pada saat menyeberangi laut diselat madura, ketika itu ada seekor ikan Mondung/Sillilah besar yang menghampirinya, dipinggiran pantai dan berkata :
"Saya siap mengantarkan kanjeng Sunan" dan naiklah Sunan Cendana dipunggung ikan tersebut menuju pulau Madura. sesampai dipinggiran pantai Madura tepatnya di kecamatan kwanyar di sebelah timur pantai Rongkang, dan turunlah Sunan cendana tersebut dari ikan Mandung. Sunan Cendana berkata kepada ikan Mondung tersebut :
"Hai ikan, imbalan apa yang engkau mau dari saya" dan ikan Mondung tersebut berkata :
"Saya tidak mengingankan apa-apa, melaikan Berokah darimu". dan Sunan Cendana secara spontan berjanji kepada ikan Mondung tersebut :
"Apabila ada keturunan saya yang memakan engkau dan keturunanmu, maka keturunan saya akan mengalami suatu penyakit kulit yang tidak bisa disembuhkan atau diobati".
(Belang2 putih-hitam).
Ikan Mondung tersebut langsung pergi ketengah lautan diselat Madura. dan Sunan Cendana pun beristirahat di sebelah pinggiran pantai Rongkang dan tempat tersebut disebut Palenggien, setelah beristirahat Sunan Cendana melanjutkan kembali perjalanan dalam tekat menyebarluaskan Ajaran Agama Islam di belahan bumi Madura ( Pulau Garam )
Ada kejadian yang sangat luar biasa yang terjadi di desa Kwanyar Barat kecamatan Kwanyar disana pada jaman dulu airnya terasa asin sekali dapat diartikan dalam bahasa madura "pakher", ketika itu Syeikh Zainal Abidin ( Sunan Cendana ) akan melakukan sholat dan mencari sumber air untuk melakukan wudhu' dari ujung timur hingga barat desa tersebut tidak menemukan air yang dapat dijadikan air wudhu' dikarenakan air tersebut terasa asin sekali, maka Sunan Cendana kembali kemasjid tersebut dan menancapkan tongkatnya ke daerah pinggiran masjid. dengan Idzin Allah swt maka keluarlah sebuah sumber yang deras dan hanya 2 kolla tidak lebih atau pun kurang, air tersebut terasa netral ( bening & sejuk) tidak terasa asin. dan seluruh desa tersebut terimbas barokah dari sunan cendana itu, Al hasil di seluruh desa tersebut airnya tidak terasa asin lagi, meskipun dipinggiran pantai.
Makam Sunan Cendana berada di kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
Wallaahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar